Sejarah Berdirinya Paroki Tukuneno - Atambua



Kata pengantar

            Pantha rei.....segala sesuatu itu mengalir, segala sesuatu itu berubah. Begitulah kata Heraclitus. Bila segala sesuatu itu berubah maka  maka tidak ada yang tetap, permanen di dunia ini. Maka yang tetap itu adalah yang berubah, yang abadi bukanlah yang permanen tetapi yang abadi adalah yang berubah.Bila segala sesuatu itu berubah maka tidak ada yang tetap tinggal dalam dunia kita, dalam sejarah kita, dalam hidup kita. Sekecil apapun perubahan itu, tetapi perubahan itu tetap ada. Bila demikian maka tidak ada yang tetap.
            Walaupun tidak ada yang tetap, segala sesuatu berubah tetapi yang jelas bahwa apa yang pernah berubah pernah terjadi. Jika segala sesuatu itu pernah ada dan terjadi, maka sangat disayangkan apabila sesuatu yang pernah ada dan terjadi itu dinyatakan tidak pernah ada dan terjadi karena tidak adanya bukti yang mendukung. Segala yang pernah terjadi itu juga adalah sebuah kenangan. Dan kenangan itu akan terasa lebih indah apabila tidak hanya di
ungkapkan secara lisan tetapi juga didokumentasikan dalam tulisan dan gambar.
            Atas dasar inilah, paroki Tukuneno dalam sebagai bagian integral dari Gereja lokal Keuskupan Atambua berusaha mendukung Keuskupan ini, dalam konteks ini mendukung keuskupan dalam hal pendokumentasian. Dalam keterbatasan informasi dan pengalaman kami berusaha menghadirkan sejarah singkat berdirinya Paroki ini disertai dengan sedikit gambar yang tidak sepenuhnya lengkap tetapi yang mungkin bisa mendukung biografi ini. Semoga dengan penulisan ini Gereja Keuskupan Atambua juga bisa mencari dan menemukan secara benar sejarah Gereja lokal ini tanpa terlepas dari Gereja Universal. Dan secara khusus semoga biografi singkat ini menjadi bagi paroki Tukuneno, umat dan gembalanya, sebuah momen untuk juga bisa membahasakan  sejarah yang kadang terlewatkan.
            Akhirnya semoga biografi ini bisa membantu....


                                                                                                            Penulis

                                                                                                Ady Ampolo dan team
                                   
                                                



BAB I
PROSES BERDIRINYA PAROKI TUKUNENO


1.1 Latar Belakang Berdirinya Paroki Tukuneno
            Pada prinsipnya pemekaran sebuah paroki dimaksudkan untuk mendekatkan  pelayanan pastoral kepada umat yang dilayani. Pada awalnya Paroki Tukuneno masih bergabung dengan Paroki Katedral Atambua. Seluruh kegiatan
dipusatkan di Paroki Katedral Atambua. Karena keterbatasan tenaga imam yang berkarya dalam wilayah Paroki Katedral maka dampak pelayanan kurang dirasakan oleh umat yang berada di pinggiran kota (termasuk umat dari Paroki Tukuneno sekarang ). Kurangnya tenaga imam berdampak pada pelayanan yang kurang memadai pada umat. Selain kurangnya tenaga imam, minimnya sarana transportasi sangat berpengaruh pada  keaktifan umat untuk mengikuti kegiatan pastoral di paroki Katedral. Karena itu diupayakan agar pelayanan kepada umat yang berada di pinggiran kota yang semakin hari semakin bertambah dengan pesat.
            Alasan lain yang mendorong didirikannya Paroki ini adalah masalah seputar isu SARA. Sekitar tahun 1980-an ada golongan agama lain yang ingin mendirikan sebuah rumah ibadat di belakang gedung SDK Lafaekfera sekarang. Isu ini sangat mempengaruhi  umat Katolik yang berada di sekitar wilayah Lolowa. Karena itu para pemuka umat Katolik saat itu berpikir keras untuk  membendung upaya ini. Sejalan dengan perkembangan umat yang semakin pesat dan kebutuhan pelayanan maka diusulkan agar paroki Tukuneno berdiri sebagai pemekaran dari paroki Katedral Atambua.

1.2 Proses Berdirinya Gereja Paroki Tukuneno
Proses berdirinya Gereja Tukuneno tidak terlepas dari para pemuka masyarakat dan para tokoh awam Gereja saat itu. Ketika itu yang memerintah sebagai kepala kampung Lafaekfera adalah ( Mandaz Lolowa ) adalah Bapak Hendrikus Nuak (Alm). Meski tidak bersekolah tetapi kepemimpinannya sangat berwibawa. Ia tegas dalam pendirian dan sangat memegang prinsip. Bapak Hendrikus dibantu oleh wakilnya Bapak Yosef Koy Bere (Alm). Beliau berpendidikan HIS ( Hollands Indische School ). Type dan gaya kepemimpinannya serta pendiriannya mirip dengan Bapak Hendrikus. Kedua orang ini dipilih oleh masyarakat setempat karena dianggap mampu memimpin masyarakat Lafaekfera sekaligus untuk mengimbangi kekuatan luar dan dalam terutama dua lingkungan yang saat itu dikatakan rawan. [1]
Melihat adanya situasi yang kurang mendukung, Bapak Yosef Koy Bere mengambil insiatif, mengemukakan pemikirannya berkaitan dengan perlunya mendirikan sebuah Gereja. Inisiatif ini dikemukakan dalam sebuah kesempatan doa Rosario di bulan Mei tahun 1986. ketika itu lingkungan Lafaekfera meliputi: lingkungan Santa Maria Avila, lingkungan St. Antonius, lingkungan St.Sisilia dan St.Nikolas[2] Dalam setiap kesempatan doa rosario dari rumah ke rumah, kedua tokoh ini bersama dengan tokoh awam lainnya berbicara dengan umat seputar masalah-masalah yang ada di sekitar lingkungan Lafaekfera (saat itu) dan usul menjadi sebuah paroki lepas dari Paroki Katedral Atambua. Ternyata, tanggapan dari umat terhadap usul ini sangat positif. Umat sepenuhnya mendukung upaya ini. Karena itu pada akhir bulan Mei 1986 dibentuk sebuah tim kecil.
Tim kecil ini meliputi unsur-unsur dari tokoh pemerintahan, tokoh agama, tokoh pendidikan dan tokoh masyarakat.
Para Tokoh Pemerintahan adalah :
v  Bpk. Hendrikus Nuak ( Kepala kampung Lafaekfera)
v  Bpk. Yosef Koy Bere ( Wakil kepala kampung Lafaekfera)
Tokoh Agama :
Ø  Bpk. Leonardus Lopez ( Ketua lingkungan Lafaekfera )
Tokoh Pendidikan:
v  Bpk. Aplonius Luan ( Kakancam Tasifeto Barat )
v  Bpk. Dominggus Da Silva ( Kepala SDK Lafaekfera )
v  Bpk. Petrus Saik
v  Bpk. Yosef Pareira
Tokoh Masyarakat :
v  Bpk. Ezekiel Bere
v  Bpk. Agus Bau Luan

Saat itu, lingkungan Lafaekfera meliputi :
Ø  Lingkungan Tubakioan
Ø  Lingkungan Lafakfera
Ø  Lingkungan Kufeu
Ø  Lingkungan Tini
Ø  Lingkungan Haliren
Ø  Lingkungan Weaituan
Ø  Lingkungan Tala
Ø  Lingkungan Berkase
Ø  Lingkungan Halituku
Ø  Lingkungan Oenoma
Ø  Lingkungan Hofehan
Ø  Lingkungan Oenari

1.3 Penentuan Lokasi Gereja
Setelah mendapat kata sepakat, tim kecil ini menyepakati untuk menggunakan  tanah milik Bapak Hendrikus Nuak. Penentuan tanah ini berdasarkan kemauan dari Bapak HendrikusNuak sendiri.  Di tanah ini sekarang telah ada bangunan susteran PRR Lafaekfera sekarang. Setelah penentuan lokasi ini, maka tim kecil ini bersama dengan Pastor paroki Katedral mengadakan survey. Namun uapaya, semangat dan niat yang baik ini belum mendapat respons karena ternyata ada banyak persyaratan yang belum dipenuhi walaupun tanah yang dimaksud sudah dibeli. Karena itu dalam waktu yang cukup lama tanah itu dibiarkan kosong karena sudah menjadi milik paroki. Meski belum mendapat tanggapan yang positif dari pihak Gereja tetapi tim kecil ini tidak putus asa. Mereka tetap berpikir bagaimana dan dimana harus membangun Gereja. Suatu ketika muncul pikiran dari bapak Yosef Koy Bere ( Alm ) tentang lokasi Gereja. Beliau mengusulkan penggunaan tanah kebun sekolah milik SDK Lafaekfera yang kini telah berdiri bangunan Gereja Tukuneno.
            Ada beberapa alasan mengapa lokasi ini dipilih:
  • Hasil panen dari tanah ini setiap tahunnya tidak mendatangkan hasil yang memuaskan
  • Ada masyarakat tertentu yang menggunakan kesempatan untuk memindah-mindah batas tanah mereka yang bersebelahan dengan tanah ini sehingga tanah ini semakin lama semakin sempit

1.4 Tantangan Yang Dihadapi
Dalam mengupayakan pemilihan lokasi tanah ini, tim kecil ini juga mengalami tantangan. Salah satu tantangan itu antara lain adanya usul dari pihak tertentu yang menginginkan tanah tersebut dijual saja. Bapak Yosef Koy Bere sebagai pemrakarsa sangat tidak setuju dengan usul dari pemimpin sekolah dan bersikukuh agar tanah tersebut dipergunakan sebagai lokasi bangunan gereja. Di tengah-tengah upaya ini kesehatan bapak Hendrikus Nuak mulai menurun. Atas alasan ini maka tongkat kepemimpinan diserahkan kepada bapak Yosef Koy Bere yang adalah wakilnya. Bapak Yosef mengambil inisiatif memprakarsai rencana selanjutnya dengan mengumpulkan kembali tim kecil dengan agenda pokoknya yakni kebun sekolah SDK Lafaekfera dipersiapkan untuk lokasi bangunan Gereja. Ide ini diterima. Setelah mendapat kata sepakat, tim ini mengajukan usul ini ke paroki Katedral dengan menyertakan berbagai alasan-alasan dan persoalan pokok status tanah lokasi ini. Pihak Gereja menanggapinya dengan berbagai pertanyaan mendasar dan tim kecil ini tetap berpegang pada kesepakatan tim yakni bahwa tanah yang akan menjadi tempat bangunan Gereja adalah tanah kebun milik SDK Lafaekfera.
Ide dan gagasan tentang lokasi gereja tidak serta merta sekali jadi. Ada upaya dari beberapa tokoh Katolik serta masyarakat lain yang berupaya memindahkan lokasi ini ke lingkungan lain dengan lokasi baru tetapi ada embel-embelnya. Ada juga pihak lain yang dengan diam-diam telah mengangkut material bangunan seperti batu dan pasir ke tanah yang mereka inginkan sendiri. meski demikian usaha ini gagal lantaran tanah yang dimaksud tidak memenuhi syarat. Bahkan ada pihak yang dengan sangat keras menantang dan berusaha memboikot usaha ini.
Melihat situasi yang mungkin akan berkepanjangan dan tidak akan selesai maka tim tetap bersikukuh untuk tetap pada tanah kebun SDK Lafaekfera sebagai persiapan lokasi bangunan Gereja.
Meski ada berbagai tantangan namun ternyata pihak-pihak yang awalnya tidak menyetujui rencana lokasi bangunan Gereja akhirnya sepakat dengan lokasi ini. Ternyata Roh Tuhan hadir dan berkarya menggerakkan hati mereka yang keras. Akhirnya tanah ini menjadi keputusan final lokasi bangunan Gereja paroki St.Petrus Tukuneno.


1.5  Paroki Tukuneno Menuju Paroki Definitif
Pada awalnya seluruh umat bergabung dalam wilayah paroki Santa Maria Imaculata Katedral Atambua. Misa pertama kali di gedung SDK Lafaekfera diadakan pada hari minggu biasa ke IV yakni pada tanggal 1 Februari 1987. Derma hari Minggu itu sebesar Rp. 5.000. sebelum perayaan misa dimulai terlebih dahulu diadakan pembinaan iman. Umat yang menerima sakramen pengakuan saat itu berjumlah 3 orang, sedangkan yang menerima komuni kudus sebanyak 135 orang.  Sesudah misa pada hari Minggu Februari  tanggal 15 1987 diadakan pertemuan pembentukan panitia pembangunan gedung gereja Paroki St. Petrus Tukuneno yang dipimpin oleh Rm. Makarius Molo, Pr. Selanjutnya pada tanggal 5 Juli 1987 panitia pembangunan Gereja mengadakan pertemuan untuk peletakan batu pertama gedung gereja Paroki Tukuneno. Dan selanjutnya pada tanggal 6 Juli 1987 diadakan peletakan batu pertama oleh Mgr. Antonius Pain Ratu, SVD, uskup Keuskupan Atambua saat itu.  Kemudian pada tanggal 29 Oktober 1989 gereja Paroki St. Petrus Tukuneno resmi diberkati.


BAB II
MENGENAL PAROKI TUKUNENO LEBIH JAUH

2.1  Letak Geografis
Paroki Tukuneno merupakan salah satu paroki yang berada dalam wilayah Keuskupan Atambua. Paroki Tukuneno secara administrative berada dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Belu, tepatnya di kecamatan Atambua Selatan-Kelurahan Lidak. Secara Geografis Gereja paroki Tukuneno tepat berada dalam wilayah Lolowa.[3] Wilayah paroki Tukuneno berbatasan sebelah utara dengan Paroki Katedral Atambua, sebelah selatan dan Timur berbatasan langsung dengan wilayah paroki Nela. Sedangkan wilayah sebelah Barat langsung berbatasan dengan wilayah daerah Oenitas yang termasuk dalam kecamatan Biboki Anleu Kabupaten  Timor Tengah Utara (TTU)

2.2    Keadaan  Demografis
Umat Paroki Tukuneno berasal dari berbagai latar budaya dan daerah. Walaupun demikian  kebanyakan umat dalam paroki Tukuneno didominasi oleh orang-orang yang berasal dari suku Marae, Fehan Tetum dan suku Lidak sebagai penduduk asli. Sisanya adalah pendatang yang berasal dari daerah Dawan (Manlea, Biboki, Insana, Miomaffo),  Flores, dan Jawa serta Sumatera. Kebanyakan umat yang menetap disini karena ikatan kawin mawin serta ikatan pekerjaan.
Menurut data statistik Paroki Tukuneno tahun 2009, jumlah umat yang berada dalam wilayah Paroki Tukuneno adalah 10.045. Dari jumlah ini, jumlah umat Katolik adalah 8.143 sedangkan jumlah umat non Katolik adalah 1.902. sedangkan jumlah KK Katolik  sebanyak 748 . Jumlah ini tersebar dalam wilayah Paroki Tukuneno yang terdiri dari 1 stasi yakni stasi Halituku, 28 lingkngan dan 160 KUB (Comunitas Umat Basis). Dari 28 lingkungan yang tersebar dalam wilayah Paroki Tukuneno ini 5 diantaranya berada di stasi Halituku. Sedangkan bila dilihat dari profesi dan jenis pekerjaannya, kebanyakan umat  dalam  wilayah paroki ini berprofesi sebagai pegawai negeri ( Guru dan  PNS ), diikuti dengan TNI-Polri, dan selebihnya adalah pengusaha, petani, tukang, sopir dan aneka profesi swasta lain.

2.3    Sarana Pendukung
2.3.1.Gedung gereja
Paroki Tukuneno mempunyai sebuah bangunan Gereja dengan arsitektur yang khas. Gereja ini dibangun ketika Rm. Makarius Molo, Pr menjadi pastor paroki di Tukuneno. Gereja ini  diberi nama Gereja S. Petrus yang juga sesuai dengan nama pelindung paroki ini. Bangunan Gereja ini tidak begitu luas namun cukup untuk menampung umat untuk kegiatan rohani terlebih ekaristi. Walaupun sudah beberapa kali mengalami renovasi tetapi bangunan gereja ini masih tetap kokoh


2.3.2 Pastoran
            Pastoran paroki Tukuneno tepat berada di belakang gedung gereja. Pastoran ini dibangun untuk menggantikan bangunan sebelumnya yang tidak layak pakai. Pastoran ini dibangun pada sekitar tahun.....dengan jumlah kamar sebanyak 12 buah dengan perincian penggunaannya adalah : 3 kamar dipakai ole kamar pastor sebagai kamar pribadi, 1 ruang tamu, 2 kamar kerja, 3 kamar tamu, 2 dipakai sebagai gudang, 1 ruang setrika. Selain itu gedung pastoran juga dilengkapi dengan 1 buah dapur, 1 gudang beras, 1 buah garasi dan 3 buah kamar mandi, dan 1 buah gudang tempat penyimpanan generator.
2.3.3 Gedung Paroki / Gedung pertemuan
            Paroki Tukuneno juga memiliki 1 buah gedung pertemuan yang langsung  berdekatan dengan bangunan gereja. Gedung ini tidak terlalu luas dan hanya dapat menampung sekitar  250 orang. Walaupun demikian gedung ini dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan seperti rapat DPP, ruang pertemuan bagi Legio Maria, ruang pertemuan bagi OMK dan pelajar serta terkadang digunakan sebagai temat resepsi.

2.3.4        Sekretariat Paroki
Paroki Tukuneno juga memiliki sebuah bangunan yang digunakan sebagai secretariat paroki. Gedung ini juga langsung berdekatan dengan gereja paroki. Sebagai dapur administrasi paroki, gedung ini digunakan sebagai tempat pengurusan segala administrasi gerejani seperti permandian, pernikahan dan lain-lain.

2.3.5        Gua Maria
Gua Maria ini terletak sekitar 1 km arah barat dari gereja paroki Tukuneno dan langsung berada tepat di sebuah bukit yang bernama bukit Mahanu. Maka tak heran bila gua ini dinamakan Gua Maria Mahanu. Gua ini merupakan gua alam yang ditata secara rohani dengan menempatkan patung Maria dan altar  untuk ekaristi. Gua Maria Mahanu merupakan tempat Ziarah bagi umat Paroki Tukuneno dan umat di sekitar paroki Katedral dan paroki lainnya. Temapt ziarah ini menjadi tempat ziarah pada bulan Mei dan Oktober. Di gua ini juga diadakan misa dua kali selama sebulan yakni pada hari sabtu pertama dalam bulan dan setiap tanggal 13 (khusus untuk Legio Maria).

2.3.6        Sarana Transportasi
Paroki Tukuneno juga memiliki dua sarana transportasi demi memudahkan pelayanan yakni sebuah mobil hartop warna putih dan sebuah motor honda merk win. Mobil hartop putih merupakan sudah ada sejak sekitar tahun 1990-an sedangkan motor win ada sejak tahun  2006.

2.4      Lembaga Pendukung
2.4.1 Tarekat  Religius
            Ada dua tarekat religius yang  berkarya dalam wilayah paroki Tukuneno yakni tarekat Putri Reinha Rosari (PRR) dan tarekat Penyelenggara Ilahi (PI).


2.4.1.1 Tarekat Penyelenggara Ilahi (PI)
                        Tarekat PI ini mulai berkarya di wilayah paroki Tukuneno sejak tanggal 30 November 2000 yakni pada saat pemberkatan gedung biara tarekat ini. Bidang pelayanan dari tarekat ini adalah bidang kesehatan dan pastoral. Dalam bidang kesehatan, tarekat ini memiliki sebuah Rumah Bersalin dan sebuah gedung Poliklinik Balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) “ Christo Rei” yang  didirikan pada tanggal 2001.

2.4.1.2 Tarekat Putri Reinha Rosari (PRR)
            Tarekat yang didirikan oleh Mgr. Gabriel Manek, SVD ini hadir dan berkarya dalam wilayah paroki Tukuneno pada tahun 2000. Tarekat ini berkarya dalam bidang pendidikan, kesehatan dan karya sosial. Dalam bidang pendidikan, anggota tarekat ini ada yang bekerja sebagai pengajar. Dalam bidang kesehatan, tarekat ini memiliki klinik dan balai pengobatan. Selain karya ini, para suster PRR juga membantu Paroki dalam hal pelayanan kepada orang sakit dan jompo.

2.4.2 Sarana Pendidikan
2.4.1 Perguruan Tinggi
            Dalam wilayah Paroki Tukuneno terdapat satu buh sekolah tinggi yakni Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ( STISIP) Fajar Timur yang letaknya kira-kira 1 kilometer arah barat dari gereja paroki Tukuneno, tepat di belakang Gua Maria Mahanu. Lembaga ini bernaung di bawah yayasan Aleksander Bria Seran.

2.4.2 SMA dan SMK
            Ada dua sekolah tingkat menengah atas yang ada dalam wilayah Paroki Tukuneno yakni SMKN 1 Atambua dan SMA Fajar Timur. SMKN 1 Atambua adalah sekolah negeri yang mayoritas siswanya beragama Katolik. Karena itu mereka sering dilibatkan dalam kegiatan rohani rutin seperti tanggung koor dan rekoleksi setiap natal dan paskah. Sedangkan SMA Fajar Timur adalah sebuah sekolah swasta yang bernaung di bawah yayasan Aleksander Bria Seran. Lokasi sekolahnya digabung dengan STISIP Fajar Timur. Sekolah ini juga sering dilibatkan dalam kegiatan rohani di Gereja seperti tanggung koor dan rekoleksi Natal dan Paskah.

2.4.3 SMP
            Untuk sekolah menengah tingkat pertama, terdapat 3 sekolah yang berada dalam wilayah paroki Tukuneno yakni SMPN 2 Atambua, SMPN 3 Atambua dan SMP Fajar Timur Atambua. SMPN 2 dan SMPN 3 Atambua adalah sekolah negeri yang mayoritas murid dan gurunya  beragama Katolik. Sedangkan SMP Fajar Timur adalah sebuah SMP swasta yang bernaung di bawah yayasan Aleksander Bria Seran. Ketiga sekolah ini juga menjadi penopang kegiatan keagamaan di Paroki karena sering terlibat dalam kegiatan di gereja seperti tanggung koor dan rekoleksi Natal serta Paskah.

2.4.4        SD
Ada lima Sekolah Dasar (SD) yang ada dalam wilayah Paroki Tukuneno yakni SDK Lafaekfera, SDI Tala, SDI Tini, SDK Oenari dan SDK Halituku. Dari kelima SD ini 2 diantaranya berada di stasi Halituku yakni SDK Oenari dan SDK Halituku. Dan dari kelima SD ini, tiga diantaranya adalah sekolah negeri sedangkan tiga yang lainnya adalah sekolah swasta yang bernaung di bawah yayasan Astanara Keuskupan Atambua. Sekolah-sekolah ini sungguh dilibatkan dalam kegiatan rohani terutama dalam kegiatan SEKAMI yang sungguh-sungguh melibatkan anak anak dari tiap sekolah khususnya sekolah-sekolah yang berada di pusat paroki.

2.5      Organisasi Gerejani
2.5.1 Legio Maria
            Legio Maria merupakan salah satu organisasi gerejani yang sungguh aktif dalam kegiatan rohani di paroki ini dan menjadi salah satu tulang punggung kegiatan rohani gerejani. Ada 2 kuria Legio Maria yang memiliki 26 presedium yang berada dalam wilayah Paroki Tukuneno.
            Organisasi ini dalam prakteknya menjadi salah satu penopang karya Gereja antara lain dalam hal pelayanan dan kunjungan orang sakit, persiapan katekumen. Harus diakui bahwa keberadaan organisasi ini sungguh  membantu  dalam karya pelayanan Gereja di Paroki Tukuneno.

2.5.2 Pemuda Katolik
            Keberadaan organisasi Pemuda Katolik di Paroki Tukuneno beberapa tahun terakhir ini semakin kurang dirasakan. Benar bahwa organisasi ini ada di paroki tetapi kontribusi dan pelayanannya semakin lama semakin berkurang.

2.5.3 Don Bosco
            Dalam wilayah paroki Tukuneno juga terdapat kelompok Don Bosco. Kelompok ini dibentuk pada tahun 2008 oleh Rm. Vinsen Kolo dan Fr. Egidius Tantono, SVD.  Pembentukan kelompok ini pada awalnya semata-mata untuk menampung para pemuda di sekitar daerah Lolowa yang pada awalnya kegiatan dan tindakan mereka sangat meresahkan masyarakat dengan kenakalannya seperti pemalakan, tawuran. Dengan proses yang rumit akhirnya kaum muda yang tergabung dalam kelompok ini bisa sedikit menampakkan wajah yang lebih baik bagi masyarakat.
            Kelompok ini pun akhirnya juga dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan gerejani walaupun kontribusi mereka masih sebatas pada kegiatan-kegiatan yang memerlukan kerja tangan. Namun demikian kehadiran kelompok ini juga menjadi sebuah kesaksian hidup bagi kawula untuk selalu berubah.

2.5.4        THS-THM
Dalam wilayah paroki Tukuneno ada juga organisai THS-THM. Organisasi THS-THM di paroki Tukuneno hidup dan berkembang dengan kegiatan-kegiatannya. Di Paroki Tukuneno  terdapat sebuah sub ranting organisasi THS-THM.
Selain kegiatan-kegiatan rutin yang mereka laksanakan setiap minggu seperti latihan  bela diri dabn meditasi, organisasi ini juga dilibatkan dalam kegiatan pengamanan kegiatan besar keagamaan seperti pada perayaan Natal dan Paskah.

2.5.5        PIJAR
PIJAR merupakan akronim dari Persehatian pelajar. Walaupun merupakan sebuah organisai Gerejani, tetapi kelompok ini juga sering dalam kegiatan Pastoral di Paroki Tukuneno. Pijar adalah kumpulan anak-anak pelajar yang tingggal dalam wilayah Paroki Tukuneno. Dalam kelompok ini para kawula muda pelajar berkumpul, dilibatkan dalam kegiatan gereja seperti dalam aktus natal, jalan salib dalam perayaan paskah, menjadi ajuda, tanggung koor dan kegiatan sosial lain yang dapat melatih para pelajar untuk dapat mengerti dan memahami karya Gereja. Kelompok pelajar ini dibentuk pada tanggal 6 Desember tahun 2009 oleh Rm. Ady dan pelajar dari SMU Suria Atambua. Kelompok ini mengambil nama Santo Petrus sebagai pelindung kelompoknya sesuai dengan nama pelindung Paroki Tukuneno.

2.6      Tenaga Pastoral Pendukung
 Dalam biografi, tenaga-tenaga pastoral yang dicatat disini adalah tenaga pastoral yang masih berkarya di Paroki ini sampai dengan tahun 2010 ini.
Ø  Pastor paroki                                       : Rm. Urbanus Hala, Pr
Ø  Pastor pembantu ( 2 orang)                 : Rm. Vinsen Kolo, Pr dan Rm. Ady Ampolo, Pr
Ø  Katekis Purnawaktu ( 1 orang )          : Ibu Yuli Letor
Ø  Satpam            ( 1 orang )                               : Bpk. Markus Lau
Ø  Sopir ( 1 orang )                                  : Bpk. Empi
Ø  Pegawai TU ( 2 orang )                       : Bpk.Vinsen Moruk dan Ibu Yuli Letor ( merangkap katekis)]
Ø  Koster ( 1 orang )                                : Bpk. Leo Kali
Ø  Pemasak ( 1 orang )                             : Bpk. Endik Leki

2.7      Potensi Paroki
Paroki Tukuneno merupakan sebuah paroki yang berada tidak tepat pada jantung kota Atambua. Kalau boleh dikata, paroki ini berada pada perpaduan antara wilayah kota dan desa karena berada di pinggiran kota Atambua sebagai ibu kota Kabupaten Belu.
Potensi yang ada dalam wilayah paroki ini bisa dikategorikan dalam dua bagian yakni potensi sumber daya manusia (human resources) dan potensi sumber daya alam (natural resources).

2.7.1 Potensi Sumber Daya Manusia (human resources)
            Umat dalam wilayah Paroki Tukuneno adalah umat yang majemuk berdasarkan asalnya. Dikatakan demikian karena umat dalam wilayah paroki ini merupakan gabungan dari orang-orang yang berasal dari suku besar Marrae, Lidak, Bunaq, Tetum Fehan, Dawan dan juga dari Flores. Keanekaan ini menjadi potensi yang baik untuk dikembangkan menjadi sebuah kekuatan bersama yang tangguh dalam membangun Gereja dan masyarakat kea rah yang lebih baik.
            Selain pluralitas suku, sumber daya manusia yang merupakan potensi paroki ini adalah profesi kerja dari umat yang ada dalam wilayah paroki ini. Kebanyakan umat dalam wilayah Paroki ini berprofesi sebagai guru dan pegawai  serta pengusaha yang bleh dikata tingkat kesejahteraan hidup mereka memadai. Potensi ini bisa menjadi pendukung dan penopang  Gereja menuju Gereja yang lebih mandiri. Kesadaran umat dalam wilayah paroki ini yang semakin lam semakin meningkat juga  menjadi potensi bagi Paroki Tukuneno dalam pengembangan  Gereja ke depan. Potensi-potensi ini telah ada tinggal bagaimana para agen pastoral baik tertahbis maupun tidak tertahbis mengelola sumber daya ini sehingga bisa diberdayakan secara lebih optimal.

2.7.1 Potensi  Sumber Daya Alam (natural resources).
            Selain  potensi sumber daya manusia, paroki Tukuneno juga memiliki potensi sumber daaya alam. Untuk wilayah sekita pusat paroki, potensi sumber daya alam boleh dikata tidak terlalu nampak. Potensi sumber daya ala mini justru lebih nampak dalam wilayah stasi Halituku. Potensi sumber daya alam yang dimaksud adalah potensi dalam hal pengembangan pertanian dan peternakan. Luasnya tanah yang belum dimaanfaatkan secara optimal untuk pengembangan pertanian bisa menjadi potensi bagi umat untuk bisa sejahtera secara ekonomis.
            Selain itu ada juga potensi alam yang  dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata rohani. Potensi alam itu adalah gua alam yang sudah digunakan sebagai tempat ziarah. Ada dua tempat ziarah rohani dalam wilayah paroki Tukuneno yakni Gua Maria Mahanu yang letaknya berdekatan dengan gereja paroki dan Gua Maria yang letaknya di stasi Halituku. Kedua gua ini adalah gua alam. Apabila gua-gua ini dapat dikelola secara baik dan profesional maka dapat menjadi tempat pariwisata rohani. Selain bisa membantu umat dalam peninghkatan iman, Gua-gua ini bisa menjadi kekhasan dari paroki Tukuneno.

BAB III
NAPAK TILAS PERJALANAN PAROKI TUKUNENO
SEJAK AWAL BERDIRINYA
( 1989 -...........)

Awal pelayanan pastoral di Paroki ini belum begitu maksimal karena tersendat dengan kurangnya tenaga pastoral baik imam, biarawan maupun imam. Meski demikian para petugas pastoral tsaat itu berusaha mencurahkan segenap tenaga dan pikiran mereka demi perkembangan iman Gereja. Dalam rentang waktu pelayanan hingga saat ini patut dicatat bahwa ada banyak petugas pastoral yang telah membaktikan diri demi perkembangan iman umat yang berada di wilayah Paroki Tukuneno ini. Sejak tahun 1987 sampai dengan tahun 2009 tercatat ada 18 pelayan pastoral kaum berjubah yang pernah bertugas di paroki ini. Dari 18 orang 9 diantaranya adalah pastor ( baik projo maupun SVD), diakon 3 orang, frater 6 orang.

3.1 Para Pastor yang pernah bertugas di Paroki Tukuneno

Para pastor yang pernah bertugas di Paroki St. Petrus Tukuneno adalah :
  • Rm. Makarius Molo, Pr (1987 – 1992)
  • Rm. Dominikus Atini, Pr ( Alm)(1990-1992 )
  • P. Alex Magu, SVD (1992-2005 )
  • P. Bernard Ado Asan, SVD (1993-1997)
  • P. Servulus Kampul, SVD (1999-2002)
  • P. Paulus P. Kerans, SVD ( Juli 1999-Des 1999)
  • Rm. Herminus Bere, Pr ( Maret 2002- Des 2002 )
  • Rm. Vinsensius B. Kolo, Pr ( 7 Juni 2004-…..)
  • Rm. Urbanus Hala, Pr ( 5 Juni 2005 - …….)
  • Rm. Adianto Aloysius Ampolo, Pr ( 1 November 2010 - ...............)

3.2  Para Diakon yang pernah bertugas di Paroki St. Petrus Tukuneno adalah :
  • Diakon Rafael Ha’ven, SVD ( Juni 1997- Sept 1997 )
  • Diakon Jose Tac’ain, SVD ( 1997-1998)
  • Diakon Adianto Aloysius Ampolo, Pr ( Juni 2009-September 2009)

3.3   Para frater yang pernah bertugas di Paroki St. Petrus Tukueno adalah :
  • Fr. Yerem Seran, Pr ( 1987-1988)
  • Fr. Alex Afong, SVD ( 1999-2000)
  • Fr. Yanuaarius L. Blawang, SVD ( 2000-2001)
  • Fr. Bernardus Bria, Pr ( 2005-2007)
  • Fr. Yohanes Ladjar, SVD ( 2007-2008 )
  • Fr. Egididius Tantono, SVD ( 2008-2009 )
 3.4 DPP dan DKP sejak awal berdirinya Paroki Tukuneno
            Yang namanya tertera adalah badan pengurus inti :
3.4.1 DPP
Ø  Tahun 1989 ( SK Uskup no. 462/89 )
·                                 Ketua :            Ibu Irmida Manek Seran
Ø  Tahun 1994-1997 ( SK Uskup No. 466/ 94 )
·                                                         Ketua : Drs. Marcus J. mau
Ø  Tahun 1997-2000
·                                                         Bpk. Benediktus Un Leki
Ø  Tahun 2000-2003
·                                 Drs. Marcus J. Mau
Ø  Tahun 2006-2009 ( SK Uskup No.
·         Ketua : Drs. Petrus Bria Seran, MM

3.4.2 DKP
            Para ketua DKP selama paroki Tukuneno berdiri
v  Tahun 1989 ( SK Uskup no. 462/89 ) Bpk. Fransiskus Bouk
v  Tahun 1994-1997 ( SK Uskup No. 466/ 94 ) Bpk. Arnold Masan
v  Tahun 2006-2009 ( SK Uskup No. …..) Bpk. Drs. Mikhael Seran


3.5 Para Imam / Biarawan-Biarwati Asal Paroki Tukuneno
            Data yang disajikan disini adalah data tahun 2010 :
3.5.1 Pastor
            Sampai saat ini ada 3 pastor yang berasal dari paroki Tukuneno adalah : P. John Bere, SVD, P. Wilfridus Parera, SVD, Diakon Marianus Halek, Pr

3.5.2 Suster
            Para suster yang berasal dari paroki Tukueno
ü  Sr. Maria Bere
ü  Sr. Ancilla, PRR
ü  Sr. Ria Mau ( Ordo Fransiskan )
ü  Ika Luan Bau ( Ordo Fransiskan)
ü  Diana ( Ordo Fransiskan )
           

3.5.3 Para frater yang sedang menjalani pendidikan untuk menjadi imam
  • Fr. Maternus Nahak ( Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui – Kupang )
  • Fr. Yohanes Seran Nahak, ( Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui – Kupang )
  • Fr. Budi Lelangaya (Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui – Kupang )
  • Fr. Adi Mbaga ( Serikat Xaverian )
  • Fr. Sandro Seran ( Novisiat SVD )

  • Fr. Vicky Berek ( TOR Lo’o Damian)
  • Fr. Klemens (Ledalero)

3.6  Kegiatan pastoral
Sejak awal berdirinya Paroki Tukuneno telah mengadakan berbagai jenis kegiatan yang  pada intinya demi pelayanan dan  mendekatkan umat pada Allah. Kegiatan-kegiatan itu antara lain :

3.6.1        Kegiatan keagamaan rutin
Kegiatan keagamaan yang dimaksud adalah kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan sakramen, perayaan besar Gerejani seperti Natal dan Paskah dan kegiatan. Kegiatan rutin dalam hal liturgis seperti perayaan misa pagi, perayaan Natal dan Paskah, dan perayaan-perayaan lain yang berkaitan dengan perayaan yang dirayakan oleh Gereja sejagad.
3.6.2        Pelayanan Sakramen
Pelayanan sakramen yang dimaksud disini adalah pelayanan berkaitan dengan sakramen-sakramen Gereja. Selain ekaristi tiap hari Minggu dan hari raya besar keagamaan ada juga pelayanan sakramen lain kepada umat. Pelayanan itu antara lain –pelayanan sakramen baptis setiap bulan sekali, penerimaan sambut baru bagi murid-murid SD dalam wilayah paroki Tukuneno, pelayanan sakramen pernikahan, pelayanan sakramen minyak suci dan pelayanan sakramen tobat serta menyiapkan umat untuk menerima sakramen krisma dari Uskup.
Selain pelayanan sakramen ini ada juga kegiatan sakramentali seperti ibadalt lingkungan, pelayanan komuni orang sakit bagi kaum rompo, kunjungan orang sakit dan Ibadan pemakaman orang mati.
Semua pelayanan sakramen in merupakan tugas Gereja dalam menghantar pada kekudusan.

3.6.3        Kegiatan Sosial Karitatif
Kegiatan sosial karitatif yang dimaksud disini adalah kegiatan berkaitan dengan karya Gereja dalam bidang sosial kemasyarakatan. Kegiatan-kegiatan itu antara lain pembangunan Gereja paroki Tukuneno ( tahun 1990-an ), pembanguan pastoran ( tahun 1990-an), kegiatan-kegiatan ini merupaka kegiatan awal ketika paroki ini mulai berdiri.

3.6.4        Kegiatan Kategorial
Kegiatan kategorial yang dimaksud adalah pendampingan terhadap kelompok-kelompok dalam Gereja seperti Legio Maria, Pemuda Katolik, OMK , pelajar dan misdinar.
Kegiatan pendampingan terhadap Legio Maria adalah dengan menjadi moderator  bagi organisasi rohani ini. Demikian juga dengan OMK, pelajar dan misdinar. Kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompk kategorial ini dimaksudkan agar kelompok-kelompok dalam Gereja bisa diakomodasi sehingga kegiatan kegiatn yang dilaksanakan biasa terarah dan berdaya guna demi pengembangan iman umat dan iman Gereja.


3.6.4.1  SEKAMI
Pendampingan terhadap anak SEKAMI antara lain dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan para animator-animatris SEKAMI dalam pendampingan terhadap anak-anak. Pendampingan ini bisa terjadi saat perayaan ekaristi khusus untuk anak-anak, saat rekoleksi anak-anak SD, pada peringatan hari anak Misioner sedunia dan juga pada kesempatan pertemua rutin yang telah dijadwalkan oleh paroki.
Selain kegiatan-kegiatan yang dipusatkan di gereja paroki, ada juga pendampingan terhadap anak SEKAMI yang dilakukan di tiap sekolah. Disini pendampingan dilakukan oleh para guru agama yang ada di sekolah dan para animator-animatris yang berada di sekoleh-sekolah.

3.6.4.2  OMK ( Orang Muda Katolik )
Pendampingan terhadap OMK dalam wilayah paroki Tukuneno dilakukan dengan berbagai cara dan pada berbagai kesempatan. OMK Tukuneno terlibat dalam kegiatan rutin dalam dekenat seperti pada ziarah bersama yamg dilakukan tiap tahun pada setiap akhir bulan Mei yang dipusatkan di Atapupu dan kegiatan peringantan BKSN pada bulan September yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Untuk kegiatan ini, Paroki Tukuneno pernah menjadi tuan rumah.
Selain kegiatan rutin ini ada juga kegiatan rutin dalam paroki yang dilaksanakan setiap tahun yakni pendampingan berkala terhadap OMK, rekoleksi OMK, kunjungan OMK ke tiap lingkungan dan keterlibatan dalam setia kegiatan Gereja seperti  koor dan menjadi promotor setiap kegiatan Gereja. Diharapkan dengan pendampingan yang semakin lama semakin baik, OMK Tukuneno menjadai tulang punggung bangsa dan juga Gereja kelak.
3.6.4.3  Legio Maria
Pendampingan terhadap kelompok ini dilaksanakan antara lain dengan hadir dalam setiap pertemuan berkala kelompok ini, mengadakan ekaristi setiap tanggal 13 per bulan. Dengan pendampingan ini diharapkan organisasi ini menjadi militan dalam iman dan pewartaan.

Nama,jumlah lingkungan dan para ketua TPL saat ini ( Data Tahun 2010 )
NO
NAMA TPL
NAMA KETUA TPL
1.
Lingkungan  St. Petrus
Petrus Bambang Manek
2.
Lingkungan St. Nikolas
Blasius Salton
3.
Lingkungan Sta. Sisilia
Agustinus Fiun
4.
Lingkungan St. Vinsensius
Filiomeno Parera
5.
Lingkungan St. Gabriel
Theodorus Nahak
6.
Lingkungan St. Rafael
Edmundus Saunoah
7.
Lingkungan St. Mikhael
Konstan G. Lau
8.
Lingkungan St. Arnoldus Jansen
Tarsisius Neka
9.
Lingkungan Sta. Theresia Avila
Zakarias Sake
10
Lingkungan Antonius Padua
Maximus Pareira
11
Lingkungan Sta. Rosa Mystica
Yohanes Nana Un
12
Lingkungan St. Markus
Daniel Yosef Bria
13
Lingkungan St. Lukas

14
Lingkungan Maria Regina Celly
Anggelinus Seran
15
Lingkungan Sta. Maria Reinha Rosari
Nico Mecaria
16
Lingkungan Sta. Maria Fatima
Romanus Wadun
17
Lingkungan St. Pius
Pius St. Halek
18
Lingkungan Sta. Maria Magdalena
Fransiskus Mali
19
Lingkungan Sta. Fransiska

20
Lingkungan St. Paulus
Benyamin Mau
21
Lingkungan St. Yosef
Aloysius Fahik
22
Lingkungan Sta. Veronika

23
Lingkungan St. Yohanes
Gabriel Manek
24
Lingkungan Berkase
Vinsensius Moruk
25
Lingkungan Halituku
Blasius Atok
26
Lingkungan Oenoma
Ferdinandus San
27
Lingkungan Oenari
Romanus Moruk
28
Lingkungan Hofehan
Paulus Asten



[1] Waktu itu di kampung Lafaekfera ada dua lingkungan yang dikatakan sangat rawan. Sumber tidak menyebutkan nama kedua lingkungan itu dan juga apa yang dimaksudkan dengan kata rawan.
[2] Nama Lingkungan yang disebutkan ini adalah nama Lingkungan yang baru diberi nama sekitar tahun 1990-an dan dipakai hingga sekarang.
[3] Lolowa berasal dari kata bahasa Marae. Lolo artinya bukit. Wa artinya tinggi. Jadi Lolowa dapat diartikan sebagai bukit yang tinggi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar